Surabaya, kabar24.id – Pemkot Surabaya bersama Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMP Swasta sepakat melakukan evaluasi terhadap lembaga pendidikan yang minim siswa.
Terdapat sekitar 10 SMP Swasta di Kota Surabaya yang sepi peminat selama 4 tahun ke belakang. Evaluasi pun dilakukan dengan melihat perkembangan jumlah siswa dalam SMP tersebut dalam dua tahun ke depan.
“Kalau ada sekolah yang tidak ada muridnya, kami dengan MKKS sepakat untuk melihat 4 tahun ke belakang, kalau (jumlah) muridnya masih tetap saja, kita evaluasi berikan kesempatan dua tahun ke depan,” kata Wali Kota Eri Cahyadi.
Nantinya Dispendik Surabaya akan memberikan pendampingan kepada SMP Swasta tersebut. Jika pendampingan tersebut tidak berdampak signifikan selama dua tahun kedepan maka akan dilakukan merger dengan sekolah lain.
“Kita dampingi tapi jika tetap tidak ada murid nanti kita akan berbicara dengan swasta. Karena kasihan, kalau sekolah ini tidak dimerger, muridnya dua atau tiga, terus bagaimana operasional sekolah ini. Hitungannya bukan berarti (2023, red) tidak dapat murid, karena ditarik dari 4 tahun ke belakang, terhitung jika jumlah muridnya tetap sama dan tidak ada signifikasi,” lanjutnya.
Tercatat tahun ajaran 2023/2024 ini, ada sekitar 17.044 siswa diterima masuk SMP Negeri Surabaya. Sedangkan SMP Swasta berjumlah sekitar 17.146 siswa. Jumlah siswa yang diterima SMP Negeri pun turun selama dua tahun terakhir.
“Jika tahun-tahun sebelumnya, SMP Negeri itu bisa menerima sampai 20.000 siswa pada tahun 2021. Kemudian turun menjadi 19.000 siswa di tahun 2022,” sebutnya.
Hal itu berpacu dari aturan Menteri Pendidikan terkait jumlah maksimal rombongan belajar (rombel) dan siswa pada SMP Negeri. Jumlah rombel pada satuan pendidikan maksimal 10 dan jumlah peserta didik maksimal 32 siswa per kelasnya.
“Aturan (Menteri) itu kita jalankan. Karena semakin banyak siswa, semakin banyak rombel, maka semakin sulit murid dipantau oleh gurunya. Sehingga kita lakukan itu,” tegasnya.
Sebab itu, menurut Eri, SMP Swasta di Kota Surabaya tidak kekurangan murid meski banyak peminat yang ingin masuk ke sekolah negeri. Apalagi, SMP Negeri di Surabaya pada tahun 2023 ini hanya menerima 17.044 siswa.
“Hari ini sudah ada 17.146 siswa yang terima SMP Swasta. Namun ada 4000 anak yang lulus (SD,red) yang belum kita ketahui, tapi ini biasanya mondok (Pondok Pesantren). Nah, ini nanti kita akan lihat,” ujarnya.
Lebih lanjut Eri juga menyampaikan bahwa pada tahun 2023, siswa yang masuk SMP Swasta di Surabaya, jumlahnya terbanyak dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya.
“SMP Swasta itu sebelum tahun 2023 menerima murid paling banyak 16.000. Tapi sekarang (di tahun 2023) menerima murid sekitar 17.000,” tuturnya.
Sementara Koordinator MKKS SMP Swasta Surabaya, Erwin Darmogo menyatakan, bahwa pihaknya bersama Pemkot akan menelusuri 4000 lulusan SD di Surabaya yang belum masuk ke SMP Negeri maupun swasta. Dari jumlah lulusan itu jika tidak diterima ke SMPN, Erwin pun mengimbau untuk masuk ke SMP Swasta.
“Seperti arahannya Pak Wali tadi, bahwa bagi yang belum masuk sekolah (negeri), monggo (silahkan) memilih sekolah swasta yang sesuai dengan kemampuannya dan juga kebutuhan anaknya,” kata Erwin Darmogo.
Erwin juga menjelaskan, bahwa ada beragam pilihan SMP swasta di Kota Surabaya. Mulai dari SMP skala nasional hingga lembaga pendidikan yang berbasis agama.
Sementara terkait dengan adanya SMP Swasta yang jumlah muridnya tidak banyak, pihaknya menyatakan telah meminta Dinas Pendidikan untuk melakukan pendampingan. Baik itu pendampingan dari segi mutu pendidikan sekolah maupun terkait pembiayaannya.
“Tadi disepakati kira-kira dua tahun ke depan, kalau tidak menunjukkan perubahan berarti, bisa di-merger. Tapi tentunya itu melalui proses semuanya, harus ada komunikasi, baik antara Dispendik dengan MKKS, sekolah, juga yayasannya,” pungkasny. (Sub-1)