Calon presiden (capres) nomor urut 3, Ganjar Pranowo mengungkapkan tentang potensi besar sektor energi baru terbarukan (EBT) dalam membuka lapangan pekerjaan. Disebut-sebut potensinya mencapai 3,7 juta lapangan pekerjaan baru.
Ganjar mengatakan, potensi tersebut bisa terwujud apabila Indonesia terus menggenjot penggunaan EBT. Adapun transisi energi sendiri menjadi salah satu hal yang diprioritaskannya nanti jika terpilih menjadi Presiden RI.
“Itu bisa membuat 3,7 juta kira-kira lapangan kerja kalau kemudian kita mengambil posisi itu (menuju pengembangan EBT),” kata Ganjar, dalam acara Indonesia Millennial and Gen-Z Summit 2023 di Senayan Park, Jakarta Selatan, Jumat (24/11/2023).
Meski demikian, ia menekankan kalau penyiapan sumber daya manusia (SDM) juga diperlukan untuk memaksimalkan potensi tersebut. “Tapi yang dibutuhkan ialah lapangan pekerjaan yang di sini, skill set-nya ditingkatkan. Teknik lingkungan, pangan, data scientist, mereka yang ahli tentang material,” tuturnya.
Ganjar menilai, biaya yang harus dikeluarkan pemerintah untuk memperbaiki dan mengantisipasi dampak lingkungan mencapai sekitar Rp 1.371 triliun, termasuk dana tanggung BPJS Kesehatan saat pekatnya polusi Jakarta beberapa waktu lalu di Rp 17,8 triliun. Menurutnya, angka ini jauh lebih banyak ketimbang untuk sekalian investasi mengembangkan EBT.
“Kalau kita mau mengurangi, mencegah, memperbaiki dan seterusnya, duit kita lebih gede. Tapi kalau kita geser ke sini (EBT), maka kita butuh Rp 1.300 triliun kemudian kita buat skenario udara lebih baik dan lapangan pekerjaan bertambah,” paparnya.
Adapun salah satu model capaian EBT yang dipaparkannya ialah transisi dari energi fosil ke EBT. Menurutnya, angka Rp 1.300 triliun tersebut bisa membantu Indonesia dalam mempercepat bauran energi fosil dan EBT untuk mencapai transisi energi nasional hingga tahun 2030.
Sebagai tambahan informasi, dalam lembaran Visi dan Misi Dua pasangan calon (Paslon) Ganjar Pranowo-Mahfud MD, EBT menjadi salah satu fokus utama. Disebutkan, pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT) sebagai generator pembaharuan yang potensinya sekitar 3.700 GW secara bertahap untuk kebutuhan energi dalam negeri.
Pada bulan Oktober lalu, dalam paparannya, Ganjar juga sempat menyinggung tentang transisi energi. Menurutnya ini diperlukan Indonesia, salah satunya untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik. Untuk melakukannya, Ganjar telah menyiapkan beberapa skenario. Pertama adalah meningkatkan transisi energi baru terbarukan (EBT) dari 13,4% menuju 31,4% di 2034.
“Pertama, kita mencoba untuk membuat satu skenario dari 2023 sampai 2034, kita punya skenario kita coba untuk meningkatkan transisi energi kita dari 13,4% menuju 31,4% di tahun 2034. Skenario ini kita coba konfirmasi ke PLN tinggal apakah kita akan mempercepat atau kemudian kalau ada faktor lain akan terjadi pelambatan,” ujarnya dalam US-Indonesia Investment Summit ke 11 di Mandarin Oriental, Jakarta, Selasa (24/10/2023).
Untuk mencapai itu, menurutnya diperlukan dana sekitar Rp 1.300 triliun. Ia menyebut target inilah yang bisa dikerjakan demi mencapai energi yang lebih ramah.
“Dibutuhkan kurang lebih Rp 1.300 triliun untuk bisa mengeksekusi ini, saya hanya ingin menyampaikan saja karena ini banyak pengusaha, inilah opportunity yang bisa kerjakan menuju energi yang lebih ramah dan tentu saja kita membutuhkan dari skenario ini, kalau mau optimis sampai 55,9%, tapi saya kira itu sangat optimistik, kita ingin cari yang moderat,” bebernya.(detiknews.com)