Secara terbuka pada Cindy Adams, Soekarno membuka tabir pernikahannya dengan Inggit, seorang wanita yang jauh lebih dewasa dibanding dirinya.
Jurnalis cantik, Cindy Adams menuangkan percakapan dengan Soekarno pada buku miliknya yang menjadi saksi bagaimana kedekatannya dengan Inggit hingga akhirnya menikah.
Termasuk bagaimana awal mula pertemuan Soekarno hingga pendekatan di dalam rumah kos milik Inggit dan suaminya, Haji Sanusi yang kemudian memunculkan perasaan benih cinta.
Ungkap kesibukan Haji Sanusi
Dilansir dari buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat karya Cindy Adams, pada tahun 1921, pria yang kerap disapa Bung Karno ini memutuskan untuk melanjutkan studi di Technische Hogeschool, Bandung (kini menjadi ITB).
Sesaat sesampainya di Bandung, ia dijemput oleh seorang pria bernama Haji Sanusi yang merupakan kenalan dari HOS Tjokroaminoto.
Haji Sanusi menjadi orang yang menyewakan kamar rumahnya sebagai kos-kosan selama Bung Karno menimba ilmu di Bandung guna mengejar gelar Insinyur.
Namun pada belakangan, ia mengetahui bagaimana kesibukan Haji Sanusi sehari-hari. Ia disebut gemar melakukan biliar dan hampir tak ada di rumah setiap malamnya.
Hal ini disebut-sebut sebagai salah satu faktor yang membuat rumah tangga Haji Sanusi dan Inggit menjadi tidak harmonis.
“Tuan Sanusi orang yang sudah berumur dan sama sekali tidak perduli terhadap istrinya. Seorang penjudi dengan kegemarannya yang luar biasa main biliar,” kenang Bung Karno menjelaskan sosok pemilik kos tersebut.
“Setiap malam ia berada di rumah bola untuk mencobakan kecakapannya. Pada praktekola, mereka bercerai di satu rumah. Rumah tangga mereka tidak bahagia,” jelasnya.
Sesaat setelah tiba di rumahnya, Bung Karno melihat sosok Inggit yang memiliki umur lebih tua darinya. Ia digambarkan sebagai sosok perempuan bersanggul mawar yang cantik, berperawakan mungil dan berdiri di dekat lampu yang temaram.
Ketika masuk ke dunia Inggit dan suaminya yang tak harmonis, ia mengaku tertarik pada pemilik nama lengkap Inggit Garnasih tersebut.
“Sebagai suami istri mereka serumah, lain tidak. Lalu masuk lah ke dalam lingkungan ini seorang muda yang bernafsu dan berapi-api, ia sangat tertarik kepadanya,” tutur Bung Karno.
Ia pun bak membandingan sikap dan sifat Inggit dan seorang lain yang diduga sebagai istri pertama Bung Karno, Siti Oetari. Inggit digambarkan sebagai wanita yang sadar dan dewasa sementara yang lainnya bak kekanak-kanakan.
“Ia melihat dalam diri perempuan ini seorang wanita yang sadar, bukan kanak-kanak seperti yang satunya yang masih main kucing-kucingan di luar,” jelasnya membandingkan.
Bongkar masa-masa pendekatan
Melihat biduk rumah tangga yang dianggap tak harmonis, keberanian Bung Karno pun perlahan bangkit. Ia merasa lebih muda dan kuat jasmani atau pun rohani.
Masa-masa keduanya pun semakin dekat apalagi keadaan rumah yang sering kosong dan hanya ada dirinya dan juga Inggit.
“Keberanian ini mulai bangkit. Aku seorang yang sangat kuat dalam arti jasmaniah dan di hari-hari itu belum ada televisi, hanya Inggit dan aku di rumah yang kosong,” jelasnya.
Pada saat itu, ia merasa kesepian karena jauh dari keluarga dan juga tanah kelahiran, begitu pun dengan Inggit yang hubungannya dengan Haji Sanusi disebut tak harmonis.
Sehingga merasa wajar jika perasaan-perasaan suka dan cinta perlahan muncul secara perlahan namun pasti setiap harinya.
“Dia kesepian. Aku kesepian. Perkawinannya tidak betul dan perkawinan ku tidak betul. Dan adalah wajar bahwa hal yang demikian itu tumbuh,” ujar Bung Karno.
Akui melewati masa-masa menyenangkan
Ungkapan jujur Soekarno pada Cindy Adams terkait pertemuan pertamanya dengan Inggit (Facebook IR. Soekarno)
Masa-masa yang menyenangkan pun banyak mereka lewati bersama. Keduanya saling melimpahkan perhatian satu sama lain. Hingga ia pun tak merasa heran jika wanita tersebut akhirnya memiliki perasaan yang sama dengannya pada saat itu.
“Inggit dan aku banyak mengalami saat-saat yang menyenangkan bersama-sama. Kami keduanya mempunyai perhatian yang sama dan barangkali juga kami keduanya bahkan sama mencintai Sukarno,” jelasnya.
“Di samping hakekatnya sebagai seorang perempuan, dia pun memuja Sukarno secara menghambakan disi sama sekali dan membabi buta baik atau buruk, benar atau salah,” sambungnya.
Ia pun sempat berbicara dengan wanita pujaan hatinya itu tentang banyak hal. Hingga ia meyakini jika Inggit memuja seorang Sukarno dan menjadikannya pria idaman.
“Tidak lain dalam hidupnya kecuali Sukarno serta segala apa yang menjadi pikiran, harapan dan idaman Sukarno. Aku berbicara, dia mendengarkan,” jelasnya.
Diketahui jika Soekarno dan Inggit menikah pada 24 Maret 1923 dan menjalani rumah tangga selama kurang lebih 20 tahun setelah sebelumnya mereka bercerai dari pasangannya masing-masing.
Namun sayang, Inggit dan Soekarno bercerai pada tahun 1943 atau dua tahun sebelum kemerdekaan RI. Banyak rumor beredar, salah satunya adalah kehadiran Fatmawati, seorang wanita muda yang dikemudian hari menjadi istri ke-3 Soekarno sekaligus menjadi first lady atau ibu negara Indonesia yang pertama.***