Soal Nyamuk Wolbachia, Siti Fadilah Supari Ungkap Fakta Mengerikan

Dalam menekan penyebaran penyakit Demam Berdarah Dengue atau DBD, Kementerian Kesehatan menerapkan inovasi teknologi Wolbachia. 

Wolbachia merupakan bakteri yang hidup sebagai parasit pada hewan di mana dalam menekan DBD, Wolbachia ini diyakini mampu membunuh virus Dengue yang menyebabkan DBD. 


Wolbachia ini kemudian dikontaminasikan ke nyamuk yang nantinya akan membunuh nyamuk Aedes Aegypti. Untuk itu pemerintah melalui Kementerian kesehatan akan menyebar nyamuk yang telah ber- Wolbachia ke baerbagai daerah di Tanah Air.

Kemudian, Siti Fadilah, mantan Menteri Kesehatan Indonesia, kembali menyuarakan tentang program penyebaran nyamuk Wolbachia di Indonesia.

Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP (K) menuturkan, “Saya masih mau bicara tentang nyamuk Wolbachia karena nampaknya sudah menjadi polemik sangat luas di masyarakat”. Hal tersebut ia sampaikan pada unggahan video di channel YouTube miliknya, Siti Fadilah Supari Channel, dan potongan pada akun TikToknya @siti_fadilah_supari. 

Pada video tersebut, ia menyampaikan untuk berpikir secara logis dan obyektif. Apakah nyamuk Wolbachia benar-benar berbahaya dan apa manfaatnya bagi masyarakat? 

Menurut Siti, Nyamuk Wolbachia ditemukan oleh orang Australia pada 2011. Kemudian ada peneliti dari Indonesia yang tertarik hal ini. Selanjutnya, peneliti tersebut bekerja sama dengan World Mosquito Program (WMP), yang diketahui penyandang dananya adalah Bill Gates. 

Kemudian, Siti menerangkan tentang peneliti tersebut ingin mengelaborasi dari temuan nyamuk itu untuk diujikliniskan. Oleh karena itu, barangkali bisa menjadi alternatif, dikarenakan Indonesia banyak yang demam berdarah. 

Selanjutnya, peneliti yang diklaim dari UGM tersebut mendapatkan dana dari salah satu konglomerat Indonesia. Dalam keterangannya, Siti menyebutkan nama konglomerat tersebut adalah Tahija, yang menurutnya salah satu pemilik saham Freeport, setelah ia baca tulisannya Dahlan Iskan.


“Nah, itu jadi yang membiayai itu pemilik Freeport. Kemudian WMP yang di belakangnya ada Bill Gates dan kemudian peneliti dari Gajah Mada,” Kata Siti. 

Selanjutnya Siti menjelaskan, proses penelitian tersebut dilakukan dengan menyebarkan nyamuk yang sudah diselipin Wolbachia di dalam selnya. 

“Prosesnya, nah ini ya prosesnya apa sih? Prosesnya menyelipkan bakteri Wolbachia itu pada nyamuk,” kata Siti. 

Kemudian peneliti tersebut akhirnya menemukan bahwa, nyamuk yang di sebar tersebut adalah nyamuk yang sudah diberikan Wolbachia dan disebar di Yogyakarta, Sleman Bantul. Siti menuturkan, penyebaran nyamuk Wolbachia yang terjadi di Yogyakarta itu kira-kira pada 2017 sampai 2020, dan hasilnya luar biasa. 

Dikabarkan dapat menurunkan angka demam berdarah 77% di lapangan dan 86% di rumah sakit. Kemudian ia mengatakan, “That’s it, itu hasilnya tapi saya enggak tahu apakah si peneliti membandingkan dengan pencegahan konvensional?”. 

“Apakah dia hanya menyebarkan dan kemudian menghitung jumlah demam berdarah?,” lanjut ucap Siti. 

Menurut penjelasannya, ia tidak terlalu ngerti hal tersebut dan memang hasilnya adalah seperti itu. Kemudian hasilnya dipublikasikan di New England Journal of Medicine dan itu dianggap valid.

“Sampai di situ It’s ok, Profesor U’ut dan dan kemudian menjadi profesor karena hasil penelitiannya, itu oke-oke saja, tidak ada masalah sampai di situ, itu kegiatan penelitian akademis,” ucap Siti. 

Selanjutnya Siti mengatakan bahwa, pada 2002 Menteri Kesehatan membuat suatu SK dengan nomor 1341 Tahun 2022. Menteri Kesehatan akan menerapkan inovasi tersebut di lima daerah yaitu Semarang, Jakarta Barat, Bandung, Bontang, Kupang, dan Bali. 

“Kenapa kok diterapkan? nah itu yang saya pertanyaannya yang Anda harus kritis,” tegas Siti. 

Kemudian, ia menuturkan soal penelitian tersebut, it’s oke, bahwa itu dibuktikan bisa menurunkan. “Tapi apakah kita butuh itu di Indonesia? Nah itu butuh pengkajian lagi,” tandasnya. 

Menurut Siti, yang ingin menyebarluaskan hasil itu adalah WMP (World Mosquito Program) yang merupakan programnya. 

Selanjutnya mereka ingin menyebarkan hasil penelitian tersebut ke berbagai negara. “Apakah Indonesia perlu?” ucapnya. 

Siti kembali menjelaskan, “Selama ini tidak ada itu berita yang demam berdarah melonjak, itu enggak ada, dan kemudian, apakah ada berita tentang rumah sakit membludak, kayak zaman saya jadi menteri tahun 2007 demam berdarah luar biasa,” tegasnya. 

@siti_fadilah_supari Selama beberapa hari terakhir ini, banyak sekali yang bertanya kepada saya tentang penyebaran nyamuk wolbachia yang kontroversial itu, dalam konten saya kali ini saya ingin mengajak sahabat semua untuk berpikir secara logis dan obyektif, berbahayakah nyamuk wolbachia dan apa manfaatnya bagi masyarakat? smoga VT ini bisa menjawab semua pertanyaan dan keresahan, jangan lupa like dan komennya, dan bagikan sebanyak banyaknya agar menjadi kesadaran kritis masyarakat akan kebijakan pemerintah yang sedang atau akan dijalankan #sitifadilahsupari #nyamuk ♬ suara asli – Siti Fadilah Supari


Kekhawatiran Siti Fadilah Supari 

Ditegaskan oleh Siti dirinya pernah menjadi menteri kesehatan. Dia pun berfikir jika ratusan juta nyamuk Wolbachia disebar ke lingkungan masyarakat, dia khawatir akan merusak dan menganggu lingkungan. 

“Saya jadi berpikir, ratusan juta betapapun juga pasti akan mengganggu lingkungan. Walaupaun hasil penelitian profesor U’ut baik-baik saja, coba sekarang yang bilang baik, berani gak rumah Anda saya tebar sejuta aja nyamuk di kamar Anda, kalau nyamuk itu dibilang baik-baik saja, baru ngeng ngeng ngeng nya aja bikin bising,” ujarnya 

Maka dari itu, Siti Fadilah memohon kepada para pemegang kebijakan untuk mengambil keputusan yang memang benar-benar bisa memberikan dampak baik untuk masyarakat. “Ini yang perlu dipikirkan, para pemegang kebijakan dengan hormat untuk Anda  yang memiliki kewenangan yang penuh, memilhkan kebijakan yang memetingkan kepentingan bagi rakyat. Jadi tolong saat mengimplementasikan sesuatu tolong dihitung untung dan ruginya.” 

“Kalau kita panggil nyamuk-nyamuk itu yang kita belum tahu efek jangka panjangnya, bagaimana Anda bisa mengendalikan nyamuk-nyamuk yang sudah dilakukan gen-drive, kita belum tentu bisa mengendalikannya di lapangan. Bisa bikin efek-efek yang tidak terduga.Perubahannya bisa evolusi bisa revolusi kita tidak tahu,” ujarnya. 

Ia pun khawatir Indonesia mengalami kejadian seperti Srilanka  dan Singapura jika nyamuk Wolbachia disebar ratusan juta. “Contohnya Srilanka, setelah sekian tahun dicobakan dengan nyamuk itu, timbullah nyamuk yang lebih ganas. Selanjutnya Singapur,  Singapur tadinya mengikuti proyek ini, tetapi jumlah nyamuknya jadi dua kali lipat. Akhirnya Singapur mengundurkan diri dari proyek ini.”  

Diyakininya, saat ini Kementrian Kesehatan sudah memiliki cara-cara yang bagus untuk memberantak nyamuk DBD dengan PSN 3M Plus. Apalagi masyrakat juga dilibatkan dalam kegiatan tersebut. Dia pun berharap, pemerintah bersikap transparan jika memiliki proyek ataupun program yang bakal diterapkan untuk rakyat. 

“Mungkin kalau ada proyek-proyek seperti itu pemerintah harus transparan, pemerintah harus menerangkan sejelas jelasnya pada masyarakat, masyarakat yang akan kena dampaknya harus tahu. Ini penelitian ataukah implementasi program, kalau penelitian, BRIN harus mendampingi. Tapi jika implemmentasi program harus ada kajian yang betul, dan dipastikan yang diimplementasikan ini lebih bagus daripada konvensional program,” katanya. (viva.co.id)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *