• Jelajahi

    Copyright © Kontras Media
    media news network

    Iklan

    Iklan Beranda

    Mengenang Sejarah Dan Peran Media Dalam Kemerdekaan Indonesia

    Saturday, August 17, 2024, 4:27 AM WIB

     


    Bangka,Kontrasmedia.com --Media massa adalah media komunikasi dan informasi yang melakukan penyebaran informasi agar dapat diakses oleh masyarakat secara massal. Dalam praktiknya, objektivitas media massa dalam menyampaikan suatu realitas kepada khalayak selalu menjadi bahan diskusi dan perdebatan. 


    Pada awalnya media massa dikenal dengan istilah pers, dari bahasa Belanda “pers” yang secara harfiah berarti “cetak,” sehingga dapat dimaknai sebagai penyiaran atau publikasi secara tercetak. Dalam perkembangannya pers dapat diartikan secara sempit maupun luas. Pers dalam pengertian luas meliputi segala penerbitan, termasuk media elektronik (radio,televisi,handphone dll), sedangkan dalam pengertian sempit terbatas pada media cetak, yakni surat kabar, majalah dan buletin. 


    Di Indonesia, media massa memiliki sejarah yang cukup panjang, radio merupakan media elektronik yang paling mula ada. Masyarakat Indonesia pertama kali mendengarkan siaran radio (radio Vereenigingen) pada tahun 1920. Pada masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda, Gubernur Jenderal de Fock telah meresmikan pemancar radio Malabar di Bandung pada 5 Mei 1923.


    Pada tanggal 11 Maret 1927, pemerintah Belanda melakukan percobaan siaran radio gelombang pendek (shortwave/SW) melalui pemancar dari laboratorium Philips di Eindhoven Belanda ke Hindia Belanda. Saat itulah Belanda terhubung dengan Hindia Belanda melalui jaringan radio, Dua puluh hari kemudian, Ratu Wilhelmina menyapa rakyat di Hindia Belanda dari laboratorium radio Philips.Siaran internasional

    internasional yang dipancarkan secara langsung pada 31 Maret 1927 itu berhasil ditangkap di Australia, Amerika Latin, Afrika, dan Asia Tenggara, termasuk di Pura Mangkunegaran Surakarta.


    Pada masa revolusi (1945-1949), bermunculan radio-radio perjuangan, termasuk Radio pemberontakan di Surabaya, Malang, dan Solo, di mana Bung Tomo mengobarkan semangat perjuangan; Radio Internasional Indonesia di Kediri; Gelora Pemuda di Madiun; Radio Militer dan Radio Indonesia Raya di Yogyakarta; Radio Perjuangan di Semarang; Rimba Raya di Aceh. Selanjutnya, Radio Republik Indonesia (RRI) secara resmi didirikan pada tanggal 11 September 1945 oleh para tokoh yang sebelumnya aktif mengoperasikan stasiun radio Jepang di enam kota. 


    Media cetak di Indonesia bahkan memiliki sejarah yang jauh lebih panjang lagi. Di Semarang, misalnya, pada tahun 1845 badan media massa milik Belanda (Oliphant en Compagnie) telah menerbitkan surat kabar mingguan bernama Semarangsch Nieuws en Advertientibald, yang di kemudian hari berganti nama menjadi De Locomotif, terbit harian. Selain itu, pada tahun 1860 bahkan telah terbit surat kabar berbahasa Melayu yang bernama Selompret Melayu.


    Dalam sejarahnya, pembentukan Negara Bangsa Indonesia juga tidak dapat dipisahkan dari peran yang dimainkan oleh media massa. Pada masa-masa awal kebangkitan nasional, media cetak menjadi wahana bagi tokoh-tokoh pergerakan untuk menyebarluaskan ide-ide kebangsaan. Selain itu, setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, radio juga menjadi corong utama penyebarluasan berita kemerdekaan Indonesia. 


    Penyebaran berita proklamasi kemerdekaan Indonesia ini sendiri berawal dari pesan Drs. Moh. Hatta kepada pemuda B.M. Diah, seorang wartawan yang ikut hadir dalam perumusan teks proklamasi dan menyiarkannya ke seluruh dunia. Pesan ini disampaikan oleh Drs. Mohammad Hatta, pada tanggal 16 Agustus 1945 jam 20.00 WIB, dan

    Tanggal 17 Agustus 1945 teks proklamasi tersebut berhasil sampai ke tangan Waidan B. Palenewen, Kepala Kantor Berita Domei (sekarang kantor berita Antara) teks diantar Syahrudin (wartawan berita Domei). Seterusnya Waidan memerintahkan F. Wuz untuk menyiarkannya secara terus menerus dengan jeda waktu 30 menit sampai pukul 16.00 saat siaran berhenti.


    Mendengar siaran berita Radio Domei/Yoshima ini, pimpinan tentara Jepang di Jawa memerintahkan untuk meralat berita tersebut, namun Radio Domei tetap menyiarkan. Akibatnya pada tanggal 20 Agustus 1945 kantor berita tersebut disegel dan para pegawainya dilarang masuk. Secara diam-diam mereka mengambil beberapa peralatan yang dimiliki Kantor Berita Domei. Kemudian membuat pemancar baru di jalan Menteng 31 Jakarta, dengan bantuan beberapa teknisi radio, yaitu Sukarman, Sutanto, Susilahardja, Suhandar, dan M. Yusuf Ronodipuro sebagai pembaca berita proklamasi. Dengan kode panggilan DJK 1 pemancar baru ini terus menerus menyiarkan berita ke seluruh pelosok Jawa dan tanah air. Penyebarluasan

    berita proklamasi ini sangatlah penting dilakukan untuk mendapat pengakuan dari rakyat sendiri serta dunia internasional sebagai sebuah negara merdeka.


    Dari masa ke masa, media massa terus mengalami perubahan, dan memiliki dampak signifikan baik sisi positif maupun negatif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia. Dampak positifnya, masyarakat mendapatkan informasi tentang masalah di berbagai bidang seperti sosial, politik, ekonomi dan teknologi, baik dari dalam maupun luar negeri. Berbekal informasi tersebut, masyarakat dapat mengambil tindakan dan keputusan untuk menghadapi perubahan situasi di sekitar mereka.  Adapun dampak negatif media massa kerap muncul manakala kepentingan politik terjalin dengan penguasaan kapital di tangan segelintir pemilik media massa. Akibatnya, informasi yang disampaikan kepada masyarakat menjadi bias dan tidak berimbang. 


    Terlebih pada era demokrasi saat ini, media massa kerap menjalin afiliasi, baik secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi dengan kepentingan politik tertentu, terutama untuk membingkai suatu isu untuk membentuk opini publik, sehingga menguntungkan kepentingan politik yang disokongnya. Namun anehnya, afiliasi antara media massa dengan kepentingan politik ini seakan akan menjadi suatu kebanggaan tersendiri, sangat berbanding terbalik dengan nilai-nilai perjuangan para pahlawan media massa di era kemerdekaan dahulu.

    (Jazz)

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    CLOSE ADS
    CLOSE ADS
    close